IDAI : Balita Butuh Suplementasi Zat Besi
JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan rekomendasi pemberian suplementasi zat besi untuk anak-anak dan remaja dengan prioritas usia balita 0-5 tahun, terutama anak usia 0-2 tahun.
"Kami dari IDAI merasa prihatin karena status anemia dan kekurangan besi pada anak Indonesia cenderung stagnan. Padahal anak yang anemia memiliki risiko gangguan pertumbuhan dan kecerdasan," kata ketua IDAI dr. Badriul Hegar, Sp.A (K) dalam acara seminar bertema 'Action for Iron Deficiency Anemia ' di Jakarta (13/4/2011).
Anemia defisiensi besi paling sering dijumpai pada kelompok anak. Prevalensinya di Indonesia cukup tinggi yakni 48,1 persen balita, berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001.
Sementara itu, berdasarkan penelitian tahun 2005 di Utan Kayu Jakarta Timur ditemukan 38 persen bayi usia 4-12 bulan menderita anemia. Pada anak usia sekolah angkanya juga memprihatinkan, yakni 1 dari 4 anak menderita anemia.
Prof. Dr. Djajadiman Gatot, Sp.A, dari satgas anemia defisiensi besi IDAI menjelaskan, berdasarkan rekomendasi WHO pemberian suplementasi besi disarankan jika prevalensi anak anemia di suatu negara lebih dari 40 persen.
"Idealnya memang dilakukan skrining dulu tapi biayanya sangat mahal. Karena itu pemberian suplementasi dipilih sebagai upaya pencegahan," kata Prof.Djaja.
Ia menambahkan, anemia defisiensi besi terjadi dalam beberapa tahap. Pada tahap awal tubuh mulai kekurangan besi tapi besi dalam plasma darah masih normal. Tahap selanjutnya besi dalam plasma sudah berkurang tapi hemoglobin masih normal. Anemia merupakan tahap paling akhir dan harus dicegah.
"Pemeriksaan hemoglobin saja tidak cukup karena meski kadar Hg normal bisa saja sudah terjadi penurunan cadangan besi," imbuhnya.
Pemberian suplemen besi untuk anak tidak perlu dikhawatirkan karena sudah terbukti aman. "Tubuh punya mekanisme pengaturan sendiri. Kalau kadar besi dalan darah sudah cukup, kelebihannya otomatis dibuang," ujarnya.
Kekurangan besi sejak dalam kandungan sampai berumur dua tahun akan menghambat pembentukan neurotransmitter yang penting untuk pengendalian emosi, pemusatan perhatian dan perilaku anak.
"Kekurangan besi juha menyebabkan kecerdasan anak terganggu karena besi diperlukan untuk pembentukan selubung syaraf yang penting dalam kecepatan berpikir anak," papar dr.Soedjatmiko, Sp.A dalam kesempatan yang sama.
No comments:
Post a Comment